SEMINAR SASTRA BUDAYA
Seminar sastra budaya yang diadakan pada tanggal 6 April 2013 diisi oleh sastrawan Indonesia yaitu bapak Ahmad Tohari. Seminar ini merupakan program kerja OSIS SMA Negeri Ajibarang bidang 8 (Pembinaan Sastra dan Budaya).
Seminar ini diikuti oleh perwakilan kelas X dan XI serta perwakilan dari organisasi di SMA Negeri Ajibarang. Tema dari seminar sastra dan budaya ini adalah Sastra dan Budaya. Bapak Ahmad Tohari menyampaikan materi dengan sangat baik.
Berikut ini adalah susunan kepanitiaan Seminar Sastra dan Budaya
Penanggung Jawab : Kukuh Setya Amulang
Ketua Panitia : Winda Nursita
Wakil Ketua : Afit Budimantoro
Sekretaris I : Fendi Dwi Rahmansyah
Sekretaris II : Khikmatul Masrohah
Bendahara I : Via Okvitasari
Wakil Bendahara : Ade Yuanita P.P
Seksi Dekdok : Nurul Widyawati, Anisa Safitri, Qurrota Ayun, Wahyu Sagita, Fatih Afifah Azzah, Dwi Unggul Ramadhan
Seksi Konsumsi : Asih Wening, Mutiah Karim, Niken Puspitasari, Chandra Khairu R., Norman Sasongko, Fani Pramudia
Seksi Perlengkapan : Wening Tias, Famaylia H, Wismoyo Ponco, Afifi Ade Sukmawan, Egida Widyoarti, Eka Yulviana, Ridlo Nur Rohman, Dhimas Anggit P.
Seksi Humas : Fernando Yusuf, Ahmad Syukron, Saesar Widodo, Liener Fadli, Reni Setyoasih, Ayu Lestari
Seksi Acara : Ken Arum, Rizky Dhika, Nanda Paranty A.
Derigen : Wahyu Sagita
Beliau bapak Ahmad Tohari yang biasa disingkat AT, mengatakan bahwa untuk menjadi sukses, seseorang harus melakukan 3 hal, yaitu MEMBACA, MEMBUAT CORETAN dan BERPIKIR. Untuk menjadi seorang penulis, seeorang harus bisa berpikir. Karena itulah menjadi seorang penulis tidak begitu sulit.
Beliau Mengatakan bahwa budaya itu mempunyai beberapa unsur, seperti BAHASA, KESENIAN, AGAMA, FISAFAT, TRADISI, ARTEFAK, CARA BERPIKIR, dll.
Berkaitan dengan seni, seni sastra ini diartikan sebagai bagian kecil dari kebudayaan. Fugsinya ialah sebagai saluran penggelontor otak dengan nilai kemanusiaan. Contohnya baik, buruk, benar, salah, jujur, dll.
Menurut beliau, zaman sekarang ini banyak anak muda yang tidak suka membaca. Mereka lebih memilih berkumpul-kumpul untuk menggosipi suatu hal yang tidak penting, internetan atau melakukan suatu hal yang sebenarnya tidak lebih penting dari membaca. Beliau mengatakan, dulu pada zaman penjajahan Belanda, pelajar itu dibagi menjadi 2, yakni bagian A dan B. Dimana pada bagian A, pelajar waktu itu harus bisa membaca dan membahas sedikitnya 15 novel dalam satu tahunnya. Sedangkan pada bagian B, pelajar harus bisa membaca dan membahas sedikitnnya 30 novel dalam satu tahunnya. Pada bagian B ini disebut sebgai bagian pasti. Padahal pada masa itu bahasa yang digunakan pada kebanyakan novel ialah bahasa Belanda, Inggris dan sedikit sekali yang menggunakan bahasa Melayu.
Ir. Soekarno pun, semasa hidupnya sudah membaca novel lebih dari 30 jenis. Sedangkan presiden zaman sekarang tadak ada yang menjadi sastrawan kecuali Bapak Abdurrahman Wahid (Gusdur).
Beliau menjelaskan bahwa pada tanggal 3 Juni diperingati sebagai hari sastra. Tanggal itu dipilih karena pada tanggal itu adalah tanggal kelahirannya sastrawan besar Indonesia ialah beliau bapak Abdul Muis.
Menurut beliau, kita ini adalah manusia yang kasihan dan memprihatinkan, karena literasi (baca tulis) orang Indonesia sangat rendah. Beliau bercerita pula bagaimana awalnya mengapa beliau menjadi penulis seperti sekarang ini. Dulunya, pada tahun 1971 beliau ingin menjadi dokter. Tapi sayangnya impiannya itu tidak bisa menjadi kenyataan, beliau mengalami frustasi. Kemudian beliau membuat banyak sekali coret-coretan untuk melampiaskan kekeksalan. Lalu dengan iseng, beliau mengirimkan hasil coret-coretannya itu ke koran. Dan akhirnya pada tahun 1979 novelnya dimuat pada majalah kompas untuk pertama kalinya. Beliau jjuga menerima bayaran Rp.400.000;00. Padahal harga motor vespa pada saat itu hanya Rp.300.000;00. Dan akhirnya beliau tertarik untuk membuat karangan-karangan lebih banyak lagi sampai akhirnya bisa menjadi penulis hebat seperti sekarang ini.
Beliau mengatakan bahwa inspirasi itu cepat datang pada orang yang kritis, suka berpikir dan suka bertanya. Beliau melanjutkan bahwa novel yanng baik ialah novel yang mengesankan pembacanya, menyangkut nilai-nilai yang mendasar dan menggetarkan pikiran.
Demikianlah beberapa pelajaran yang bapak Ahmad Tohari berikan di seminar hari ini. Acara seminar in ditutup dengan foto-foto bersama dengan sastrawan besar Indonesia, bapak Ahmad Tohari.
Seminar sastra budaya yang diadakan pada tanggal 6 April 2013 diisi oleh sastrawan Indonesia yaitu bapak Ahmad Tohari. Seminar ini merupakan program kerja OSIS SMA Negeri Ajibarang bidang 8 (Pembinaan Sastra dan Budaya).
Seminar ini diikuti oleh perwakilan kelas X dan XI serta perwakilan dari organisasi di SMA Negeri Ajibarang. Tema dari seminar sastra dan budaya ini adalah Sastra dan Budaya. Bapak Ahmad Tohari menyampaikan materi dengan sangat baik.
Berikut ini adalah susunan kepanitiaan Seminar Sastra dan Budaya
Penanggung Jawab : Kukuh Setya Amulang
Ketua Panitia : Winda Nursita
Wakil Ketua : Afit Budimantoro
Sekretaris I : Fendi Dwi Rahmansyah
Sekretaris II : Khikmatul Masrohah
Bendahara I : Via Okvitasari
Wakil Bendahara : Ade Yuanita P.P
Seksi Dekdok : Nurul Widyawati, Anisa Safitri, Qurrota Ayun, Wahyu Sagita, Fatih Afifah Azzah, Dwi Unggul Ramadhan
Seksi Konsumsi : Asih Wening, Mutiah Karim, Niken Puspitasari, Chandra Khairu R., Norman Sasongko, Fani Pramudia
Seksi Perlengkapan : Wening Tias, Famaylia H, Wismoyo Ponco, Afifi Ade Sukmawan, Egida Widyoarti, Eka Yulviana, Ridlo Nur Rohman, Dhimas Anggit P.
Seksi Humas : Fernando Yusuf, Ahmad Syukron, Saesar Widodo, Liener Fadli, Reni Setyoasih, Ayu Lestari
Seksi Acara : Ken Arum, Rizky Dhika, Nanda Paranty A.
Derigen : Wahyu Sagita
Beliau bapak Ahmad Tohari yang biasa disingkat AT, mengatakan bahwa untuk menjadi sukses, seseorang harus melakukan 3 hal, yaitu MEMBACA, MEMBUAT CORETAN dan BERPIKIR. Untuk menjadi seorang penulis, seeorang harus bisa berpikir. Karena itulah menjadi seorang penulis tidak begitu sulit.
Beliau Mengatakan bahwa budaya itu mempunyai beberapa unsur, seperti BAHASA, KESENIAN, AGAMA, FISAFAT, TRADISI, ARTEFAK, CARA BERPIKIR, dll.
Berkaitan dengan seni, seni sastra ini diartikan sebagai bagian kecil dari kebudayaan. Fugsinya ialah sebagai saluran penggelontor otak dengan nilai kemanusiaan. Contohnya baik, buruk, benar, salah, jujur, dll.
Menurut beliau, zaman sekarang ini banyak anak muda yang tidak suka membaca. Mereka lebih memilih berkumpul-kumpul untuk menggosipi suatu hal yang tidak penting, internetan atau melakukan suatu hal yang sebenarnya tidak lebih penting dari membaca. Beliau mengatakan, dulu pada zaman penjajahan Belanda, pelajar itu dibagi menjadi 2, yakni bagian A dan B. Dimana pada bagian A, pelajar waktu itu harus bisa membaca dan membahas sedikitnya 15 novel dalam satu tahunnya. Sedangkan pada bagian B, pelajar harus bisa membaca dan membahas sedikitnnya 30 novel dalam satu tahunnya. Pada bagian B ini disebut sebgai bagian pasti. Padahal pada masa itu bahasa yang digunakan pada kebanyakan novel ialah bahasa Belanda, Inggris dan sedikit sekali yang menggunakan bahasa Melayu.
Ir. Soekarno pun, semasa hidupnya sudah membaca novel lebih dari 30 jenis. Sedangkan presiden zaman sekarang tadak ada yang menjadi sastrawan kecuali Bapak Abdurrahman Wahid (Gusdur).
Beliau menjelaskan bahwa pada tanggal 3 Juni diperingati sebagai hari sastra. Tanggal itu dipilih karena pada tanggal itu adalah tanggal kelahirannya sastrawan besar Indonesia ialah beliau bapak Abdul Muis.
Menurut beliau, kita ini adalah manusia yang kasihan dan memprihatinkan, karena literasi (baca tulis) orang Indonesia sangat rendah. Beliau bercerita pula bagaimana awalnya mengapa beliau menjadi penulis seperti sekarang ini. Dulunya, pada tahun 1971 beliau ingin menjadi dokter. Tapi sayangnya impiannya itu tidak bisa menjadi kenyataan, beliau mengalami frustasi. Kemudian beliau membuat banyak sekali coret-coretan untuk melampiaskan kekeksalan. Lalu dengan iseng, beliau mengirimkan hasil coret-coretannya itu ke koran. Dan akhirnya pada tahun 1979 novelnya dimuat pada majalah kompas untuk pertama kalinya. Beliau jjuga menerima bayaran Rp.400.000;00. Padahal harga motor vespa pada saat itu hanya Rp.300.000;00. Dan akhirnya beliau tertarik untuk membuat karangan-karangan lebih banyak lagi sampai akhirnya bisa menjadi penulis hebat seperti sekarang ini.
Beliau mengatakan bahwa inspirasi itu cepat datang pada orang yang kritis, suka berpikir dan suka bertanya. Beliau melanjutkan bahwa novel yanng baik ialah novel yang mengesankan pembacanya, menyangkut nilai-nilai yang mendasar dan menggetarkan pikiran.
Demikianlah beberapa pelajaran yang bapak Ahmad Tohari berikan di seminar hari ini. Acara seminar in ditutup dengan foto-foto bersama dengan sastrawan besar Indonesia, bapak Ahmad Tohari.
Komentar
Posting Komentar